Rabu, 01 September 2010

Pelengkap Inspirasi penelitian..

Green House
Asri, menyehatkan, dan ramah lingkungan
      Global warming menjadi isu hebat di beberapa negara. Gedung-gedung yang tinggi menjulang menjadi salah satu faktor penyebabnya. Lalu, apa yang dapat dilakukan dunia properti menghadapi isu ini? Green House menjadi jawaban yang paling tepat. Konsep bangunan yang terintegrasi dengan alam ini dipercaya akan mengurangi dampak global warming. 

Konsep arsitektur hijau ini menjadi topik yang menarik saat ini. Banyak kalangan yang menggunakan konsep ini dalam mendesain sebuah bangunan. Karena, diharapkan nantinya penghuni rumah yang dibangun tersebut akan merasa nyaman untuk tinggal di dalamnya. Tanpa polusi dan zat-zat beracun yang dapat menyebabkan peningkatan pemanasan global di bumi. 

Untuk itu, semua pihak yang terlibat dalam bisnis properti dituntut untuk memasukkan agenda upaya pengurangan laju pemanasan global sebagai prioritas kebijakan. Sebab, isu pemanasan global ini memunculkan potensi hilangnya pemasukan bagi pengembang, arsitek, konsultan mekanikal-elektrikal, manajemen properti, dan bidang profesional lainnya jika mereka tidak peduli dengan konsep bangunan yang berwawasan lingkungan (green house).
Konsep “Green” disini dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).Desain ini memaksimalkan penanaman pohon dan rerumputan untuk menciptakan proporsi yang lebih seimbang, dan juga agar suhu di dalam ruangan tetap terasa sejuk. Hunian ini sangat kaya akan unsur-unsur alam, yakni dengan dipadukannya batu, air, dan kayu dalam konsep desain rumah ini seperti terlihat pada tampilan eksteriornya.
Tujuannya adalah agar suasana terasa mengalir, Sehingga, ketika Anda akan berjalan melintasi ruangan, Anda akan terasa menyatu dengan lingkungan luar. Untuk mendukung konsep tersebut, desain detail jendela juga secara sengaja tidak dipasangi oleh bingkai daun jendela. Begitupun pintu yang dapat dibuka secara maksimal, hingga seolah-olah tidak terdapat batas antara ruang dalam dan ruang luar. Ini akan menghadirkan udara yang sejuk di dalam ruangan, meski tanpa menggunakan alat pendingin ruangan.
Namun, keterbukaan di sini bukan berarti para penghuni tidak mempunyai privasi lagi. Tapi keterbukaan dalam ruangan bertujuan untuk memberikan keuntungan bagi para penghuni rumah berkonsep green house. Karena, sirkulasi udara dan sinar matahari di dalam rumah dapat terjaga dengan baik. Sehingga hunian akan terasa sejuk dan nyaman. Bukankah sangat nyaman tinggal di rumah seperti itu?
Konsep green house sebenarnya telah mengemuka sejak dua dekade belakangan. Konsep tersebut digulirkan karena banyak bangunan atau gedung bertingkat yang lebih memprioritaskan aspek arsitektur, tanpa memperhatikan efisiensi penggunaan energi. Dengan kata lain, green house merupakan salah satu solusi bagi insan dunia properti untuk mengambil peran dalam mengurangi laju pemanasan global.

Jika saja arsitek kita menerapkan konsep green house di negara beriklim tropis seperti Indonesia, maka penggunaan pendingin ruangan dapat diminimalisir. Ya, karena bangunan berkonsep “green” ini menyediakan banyak ruang terbuka. Sehingga udara dapat keluar masuk ruangan. Kalau sudah begitu pastinya tidaka akan ada rasa panas, dan rasanya penggunaan AC akan berkurang.

Namun, yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana mendesain sebuah bangunan yang “green” sekaligus memiliki nilai estetika bangunan yang baik? Karena bisa saja bangunan dengan fasilitas yang mendukung konsep “green”, ternyata secara estetika terlihat kurang menarik. Memang, peran arsitek menjadi penting dalam hal membuat disain bangunan yang “green” namun tetap memiliki nilai estetika bangunan yang tinggi.

Biaya untuk konsep green

Konsep “green building” kini semakin menarik perhatian para pelaku industri properti seperti di Jakarta. Kalangan profesional properti dan arsitektur kerap mengadakan pertemuan untuk membahas penerapan pembangunan berwawasan lingkungan, dengan tujuan untuk mengantisipasi terjadinya pemanasan global yang semakin hari semakin meluas. 

Makanya, belakangan ini banyak diantara arsitektur yang mengunakan konsep green. Hal ini lebih disebabkan karena kebutuhan akan pemberdayaan potensi site serta melakukan penghematan sumber daya alam yang ada akibat menipisnya sumber energi. Rasanya, konsep ini memang pilihan paling tepat para arsitektur dalam mendesain sebuah bangunan di negara beriklim tropis seperti Indonesia.

Namun, kabarnya konsep “green” ini menuntut Anda merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mewujudkannya. Karena fasilitas yang dibeli agar bangunan menjadi “green” tidak murah. Dalam hal ketersediaan lahan saja umpamanya, menjalankan konsep ini membutuhkan ketersediaan lahan yang cukup luas. Belum lagi dengan penggunaan teknologi yang lainnya seperti photovoltaic (pembangkit listrik tenaga surya). 

Bagi Anda yang memiliki keterbatasan lahan, tetap masih bisa menggunakan konsep “green” untuk desain rumah Anda. Misalnya dengan meletakkan pohon-pohon dalam pot, sehingga mahalnya biaya untuk menerapkan konsep “green” tetap bisa diatasi. Sehingga rasa sejuk dan nyaman tetap terasa di rumah kecil Anda yang mungil. (ahm-berbagai sumber). Waah..asli lupa dapet darimenong nih..tapi lumayan drpd lu manyun..hooooo!!!seru.
yaa...kira-kira kaya gambar diatas tuh yang dibahas drtd!!asli lupa darimana ini sumbernya dah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar